Diriku Jadi Pemuas Nafsu Ibu Dosenku
Gambar Aku Jadi Pemuas Nafsu Dosenku
Diriku Jadi Pemuas Nafsu Ibu Dosenku
Malam ini saya di panggil ibu dosenku, yang juga masihlah tetanggaku untuk temaninya lantaran sendirian di rumah. Saya juga menuruti tekad bu Widya. Sesampai dirumah saya naik ke lantai atas tempat tinggal bu Widya. tempat tinggal yang begitu bersih dan rapi. sudah pasti wangi. tata letak perlengkapan yang sungguh rapi.
Tidak berapakah lama keluar. Bu Widya tak menggunakan jilbabnya, cuma menggunakan daster tidak tebal berwarna putih dengan motif bunga-bunga yang membuatnya semakin cantik diliat. rambutnya diikat, tampak terang lehernya yang begitu putih. saya kikuk campur gugup. lantas bu Widya ke bawah untuk membuatkanku minum. lalu kembali pada membawa satu gelas sirup dingin, tanpa ada perintah segera kuhabiskan sirup itu.
Ibu Widya membawa buku besar, memohon bantuanku untuk bikin laporan riset. angka untuk angka kuselesaikan. jam dinding besar tunjukkan jam 11 malam. kepalaku pening. pandanganku buyar. napasku tersengal-sengal. ada apa ini? tubuhku juga mendadak panas. keringat penuhi dahi.
“bu wid, kepala saya agak pusing. saya pamit pulang ya? ”
“kenapa Mar? jika pusing tiduran saja di sini dulu” dan… saya tidak sadarkan diri. mataku berat. menginginkan kubuka mataku, tetapi begitu berat. kupaksa buka mata.
dan… astaga, saya ada disebuah kamar. terlentang di atas sofa. parahnya lagi, kemana semuanya baju yang kukenakan tadi. apa yang berlangsung? kepalaku masihlah pening. tubuhku masihlah panas. lampu kamar memanglah mati, tetapi disisi kana serta kiri ranjang ada lampu remang-remang sebagai penghias. di mana saya? kemana bu Widya. yang saya ingat hanya angka-angka dalam buku bu Widya. serta hal paling akhir yang kulakukan yaitu meminum satu gelas sirup pemberian bu Widya.
Mendadak pintu kamar terbuka. bu Widya masuk, masihlah dengan daster tidak tebal berwarna putih yang ia gunakan tadi. ia mendekatiku dengan senyum nakal. mukaku merah padam. didepan ibu kostku, saya tidak kenakan pakaian. apa yang berlangsung?
“jangan takut Mar. anda cukup santai serta menikmatinya”
“a.. a.. apa bu? kemana pakaian saya? mengapa saya diikat gini? ada apa i…”
“ssssstttttt.. anda tenang serta diem saja ya”
Bu Widya dengan senyum nakal yang masihlah terpampang dari bibirnya. posisi terlentang dengan kaki mengangkang. bu Widya menciumi leherku. saya kaget 1/2 mati. menjilati telingaku, bikin bulu romaku berdiri. memainkan lidahnya di telingaku. lalu menyebar ke leher serta di dadaku. puting kecilku dijilatinya. geli yang kurasakan. bu Widya menjilat putingku. menggigitnya sesekali. saya rasakan nikmat. senyum nakal masihlah terpancar dari muka bu Widya.
Sesudah puting, bu Widya memperlancar jilatan lidahnya selalu kebawah. ke perutku, ia selalu memainkan lidahnya dengan lincah. lantas menjilati pusarku. saya mendesah rasakan nikmat. saat itu juga penisku berdiri tegak. bu Widya masihlah dengan lidahnya yang semakin nakal. pada akhirnya lidah bu Widya mendarat di penisku yang sudah berdiri tegak. menjilatinya. lalu tanpa ada basa basi, ia mengulum penisku. mulutnya aktif. lidahnya lincah. dalam ia lesakkan penisku dalam mulutnya. desahanku kembali keluar.
0 komentar:
Posting Komentar