Istri Berselingkuh Waktu Mudik Lebaran
Gambar Perselingkuhan Istriku
Istri Berselingkuh Waktu Mudik Lebaran
Di bawah ini yaitu cerita perselingkuhan istriku waktu kami pulang mudik. Mulai sejak berkeluarga serta tinggal di Bogor saya senantiasa luangkan pulang mudik lebaran menengok orangtua serta mertuaku di Yogyakarta sehari-hari raya Idul Fitri. Umumnya kami mudik satu minggu sebelumnya hari raya lebaran, supaya kami dapat senang merayakan idul fitri disana.
Th. ini saya serta istriku (dik rena namanya yang umum saya panggil) sangat terpaksa pulang mudik berdua saja. Anak-anakku miliki acara sendiri berbarengan beberapa rekannya yang sulit saya pengaruhi untuk turut temani kami untuk pulang mudik lebaran. Ya, telah. Saya tak sukai memaksa mereka. Ketiganya tengah beranjak dewasa serta mesti dapat belajar memutuskan sendiri.
Mendekati masuk kota Kroya jam tunjukkan jam 2 siang waktu saya terasa agak demam. Badanku melemah serta kepalaku mulai merasa pusing. Sembari berpesan supaya menyupirnya tak perlu cepat-cepat, istriku berikan obat berbentuk puyer anti masuk angin yang senantiasa dia bawa waktu melancong jauh. Setelah saya meminumnya, rasa badanku agak lumayan serta pusingku sedikit menyusut. Namun tetap harus tak senyaman bila badan tengah betul-betul sehat. Mendekati masuk gerbang desa Redjo Legi menuju tempat tinggalnya Pak Lik, saya rasakan sakitku tidak tertahankan lagi. Kupaksakan selalu jalan pelan-pelan sampai pas jam 5 sore, mobilku masuk halaman tempat tinggal Pak Lik yang seperti umumnya, menyongsong kami dengan sepenuh kehangatan.
Saat dia paham saya sakit, dia panggil embok-embok di kampungnya yang umum mijit serta kerokan. Satu rutinitas orang Jawa bila sakit, badannya dikerok dengan mata duit logam untuk keluarkan anginnya. Saat sakitku tak juga menyusut, dengan ditemani istriku, Pak Lik mengantarkanku pergi ke dokter yg tidak jauh dari tempat tinggalnya. Dalam perjalanan kesana, mendadak hujan turun dengan lebatnya. Tidak urung badan kami bertiga juga jadi basah. Untungnya jarak kami dengan klinik dokter itu telah dekat, hingga kami dapat cepat berteduh disana. Tanpa ada cemas baju kami jadi basah kuyup karena itu.
Dari dokter itu, saya di beri obat serta diminta banyak istirahat. Usai berobat, nyatanya hujan tetap masih deras diluar sana. Agak lama menanti, Pak Lik jadi tidak sabar. Dia berinisiatif untuk pulang duluan, punya maksud menjemput kami dengan mobilku. Saya serta istriku kompak keberatan dengan gagasannya itu. Walau klinik sang dokter tak demikian jauh dari tempat tinggal Pak Lik, sekitaran 5 kiloan, kami terasa begitu tak enak hati. Kami terasa sudah banyak merepotkannya mulai sejak kehadiran kami tadi. Pak Lik yang baik hati itu tetaplah bersikeras, sampai pada akhirnya kami mengalah.
Saya memerhatikan kepergiannya dengan perasaan cemas bercampur mengagumi akan. Perasaan cemas nampak lantaran saya tidak mau paman kesayanganku itu jatuh sakit lantaran hujan-hujanan. Sedang kekagumanku muncul lihat sosoknya sekarang ini. Baju kausnya yang basah kuyup oleh air hujan, bikin badannya yang atletis itu tercetak terang. Saat pandanganku melihat ke samping, saya dapat lihat pancaran kekaguman yang sama beredar dari muka istriku. Dik Rena selekasnya merubah arah pandangannya demikian tahu saya memerhatikannya.
Dalam perjalanan pulang, tidak berniat saya melirik ke arah istriku. Kuperhatikan wanita itu tidak lepas-lepasnya kagum pada Pak Lik dengan cara diam-diam. Terlebih waktu menjemput kami, Pak Lik cuma kenakan kaos singlet tidak tebal serta celana jeans biru ketat. Saat itu juga saya terasa cemburu serta tak nyaman dengan tingkah istriku itu.
Sepulangnya dari dokter, lagi-lagi Pak Lik membuatku takjub atas kebaikan hatinya. Dibantu istriku, Pak Lik merepotkan dianya dengan sediakan makan malam buat kami bertiga. Saat makan malam itu kami gunakan untuk mengobrol serta bersenda gurau penuh keakraban, melepas kerinduan. Saat kami bertanya dimana anak-anaknya, dengan senyuman ramahnya yang khas, Pak Lik menjawab kalau ke-2 anaknya masihlah mempunyai aktivitas di kotanya semasing. Aktivitas tersebut yang bikin mereka tak dapat pulang mudik th. ini. Selesai makan malam, istriku menyuruhku meminum obat. Tidak lama saya segera terserang kantuk yang mengagumkan. Rupanya dokter sudah memberi obat tidur padaku berbarengan dengan obat demamnya. Akupun segera tertidur nyenyak.
Sekitaran jam 10 atau 11 malam, tak demikian tentu, saya dibangunkan oleh nada berisik amben bambu, dibarengi nada desahan serta lenguhan halus dari kamar samping. Kantukku masihlah begitu merasa. Saya meraba-raba istriku namun tidak kutemukan dia berbaring di sampingku. Saya mengira mungkin saja wanita itu tengah buang hajat di kamar mandi belakang. Dirumah Pak Lik, kamar-kamarnya memanglah tak dilengkapi lampu. Sinar dalam kamar cukup didapat dari imbas lampu besar di ruangan tamu. Ruang yang bersebelahan dengan ruangan keluarga itu, bikin cahayanya bisa tembus ke sebagian ruang lain didalam tempat tinggalnya. Nada amben yang selalu mengganggu telingaku, ditambah nada desahan serta lenguhan yang makin keras, memaksaku mengintip ke celah dinding di samping kananku.
Apa yang lalu kulihat disana segera memukul diriku. Akupun jadi terpana kepalaku yang pusing lantaran sakit segera kambuh saat itu juga. Saya kembali terkapar dengan jantungku yang berdegup cepat. Apakah benar sepasang manusia yang tengah asik bergumul 1/2 bugil itu Pak Lik serta Dik Rena? Apakah benar istriku sudah tega mengkhianatiku? Apakah benar Pak Lik yang kebaikan hatinya tengah menggauli istriku sekarang ini? Wanita yang semestinya dikira sama juga dengan keponakannya juga?
Apakah kekuranganku Dik Rena? Lantaran aktivitas kerja yang senantiasa merampas waktuku, membuat kamu terasa memiliki hak untuk terima kesenangan seksual dari orang lain? Termasuk juga dari pamanku sendiri? Atau mungkin Pak Lik yang telah 4 th. menduda yang mengawalinya terlebih dulu? Dia merayumu serta kamupun tidak dapat menampiknya? Lelaki tua yang macho seperti diakah lelaki idamanmu?
Sejuta pertanyaan yang saya tak dapat menjawabnya lantaran makin memberi pusing kepalaku. Sesaat nada berisik dari amben itu jadi makin tidak teratasi. Rintihan halus istriku serta desahan berat Pak Lik juga terdengar makin terang di telingaku. Saya tidak dapat bangun lantaran obat yang kuminum tadi bisa membuatku limbung bila tak ada yang menolongku. Saya cuma dapat mengintip dari celah dinding itu, tidak dapat lebih jauh menghindar aksi tidak pantas dari pasangan laknat itu.
Disana kulihat Pak Lik tengah asik mengayun-ayunkan kontolnya, yang ukurannya membuatku takjub, ke lubang memek istriku. Dia mengerjakannya sembari menciumi bibir istriku penuh nafsu. Sialan! Mengapa bisa-bisanya sekarang ini saya terasa takjub pada kontol pamanku sendiri? Pada lelaki tua yang beberapa terang sudah mengkhianati diriku dengan menggauli istriku? Namun memanglah kuakui, kontol pamanku itu pastinya akan bikin lelaki mana saja yang memandangnya jadi iri.
Terkecuali gede, panjang serta terlihat keras, kontol itu dihiasi dengan urat-uratnya yang bersembulan di sekujur batangnya. Kepalanya yang seperti topi helm beberapa tentara serta bentuk batangnya yang melengkung ke atas, bikin kontol cokelat muda itu tampak prima di mataku.
Disamping itu sembari tetaplah berpelukan, tangan istriku selalu memeluk kepala Pak Lik. Wanita binal itu nampaknya berupaya meyakinkan supaya bibir-bibir mereka tetaplah sama-sama berpagutan. Sama-sama melumat serta mengisap. Nada kecupan waktu bibir yang satu lepas dari bibir yang lain terdengar selalu beruntun. Dibawah sana, ayunan kontol Pak Lik yang makin dalam menghujam memek istriku, bikin ambennya terdengar makin berisik.
“Pak Lik, Pak Lik, enaakk Pak Lik.. teruss Pak Lik.. oocchh.. hhmm.. Pak Lik.. ”
Duh, rintihan istriku yang demikian nikmati birahinya, bikin kepalaku seolah terpukul-pukul palu. Darah yang naik ke kepalaku, bikin pusingku makin menghebat. Sesaat di kamar sana, desahan Pak Lik sendiri tak kalah hebatnya. Sebagai lelaki sehat yang sudah menduda sepanjang 4 th., pasti kandungan libidonya begitu menumpuk. Bukanlah mustahil dialah pelakunya. Dia merayu istriku lantaran dia paham saya akan tidak gampang terbangun lantaran obat demam yang kutelan ini.
”Ssshhh… oohhh… oohh… enakkee, memekmu Dikkhh…” tutur Pak Lik.
”Aahh… sshhh… yaahh… terusshh… Pak… lagihhh… ooohh.. oohhh… lebihh… keraasshhh…. ” balas istriku.
Kulihat buah dada istriku yang besar serta ranum, dengan pentilnya yang tegak mengacung, telah terbongkar dari balik kausnya. Itu tentu tingkah nakal Pak Lik terlebih dulu. Dia membetotnya keluar untuk dilumati, dihisap, serta diremas-remas. Ke-2 pentil susu istriku itu pastinya telah basah kuyup oleh lumuran ludah pamanku. Istriku terlihat begitu sensual waktu dia memegang erat kepala Pak Lik serta meremasi rambutnya. Ketiak-ketiak itu pastinya telah rasakan jilatan lidah pamanku, yang mulai sejak tadi aktif bergentayangan menyebar nikmat. Kembali saya ambruk ke ambenku.
Rasa pusing di kepalaku begitu menyakitkan, tanganku berupaya memijit-mijit kepalaku sendiri untuk kurangi rasa sakitnya. Namun setiap saat saya mendengar nada erotis dari pasangan mesum itu, akupun tergoda untuk kembali mengintip lubang dinding di sampingku.
Kulihat kontol Pak Lik merasa makin sesak saja menembus memek istriku. Dia tarik keluar pelan dengan diimbangi desahan beratnya serta rintihan nikmat istriku, lalu mendorongnya masuk kembali dengan desahan yang berulang. Dia kerjakan itu berkali-kali, desahan nikmat dari keduanya juga terdengar berulang. Lalu kulihat tusukan kontol Pak Lik makin dipercepat. Mungkin saja kegatalan birahi mereka merasa makin menjadi-jadi.
Tidak lama kulihat Pak Lik tak akan melumati bibir istriku. Dia turun dari amben serta menarik pelan pinggul istriku ke pinggir ambennya. Lantas dia mengangkat satu diantara tungkai kaki istriku hingga menyentuh bahunya yang bagian. Dengan cara tersebut rupanya Pak Lik menginginkan dapat lebih dalam menusukkan kontolnya ke memek istriku. Mengakibatkan kesenangan mengagumkan menempa istriku. Dia meremas-remas sendiri susu-susunya. Kepalanya yang rambutnya sudah berantakan, selalu bergoyang ke kanan serta ke kiri, menahan nikmat yang tidak terhingga.
Lihat itu hatiku jadi makin panas. Mereka betul-betul biadab. Mereka telah tak akan mempertimbangkan saya, suami sahnya serta keponakannya yang saat ini ada di kamar samping, tengah tergeletak lantaran sakit yang membuatku terasa nyaris mati.
Mendadak selintas fikiran hinggap di kepalaku. Oh demikian rupanya…..
Saya jadi memahami saat ini penyebabnya momen terkutuk ini. Sebelumnya kami makan malam berbarengan tadi, kami pernah bersalin baju terlebih dulu. Tidak sama denganku yang segera menukar bajuku yang basah dengan baju cadangan, istriku meluangkan diri untuk mandi sesaat. Nah dirumah Pak Lik, letak kamar mandi dekat dengan dapur, cuma dibatasi satu ruang kosong multi manfaat. Waktu istriku pergi mandi, Pak Lik sedang ada di dapur untuk mempersiapkan makan malam. Saya fikir mungkin saja berikut awal dari momen itu. Istriku yang memanglah sukai dengan Pak Lik, berniat mandi tanpa ada mengunci pintunya rapat-rapat. Sudah pasti untuk lelaki yang lama menduda seperti Pak Lik, pancingan istriku itu seperti rezeki nomplok. Pamanku mungkin saja menggunakan peluang itu untuk mengintip istriku mandi dengan cara leluasa.
Saat saya kembali mengintip, tahu-tahu keduanya telah bertukar posisi. Kesempatan ini pamanku telah berbaring diatas amben kembali, sesaat istriku ada diatas badannya, asik menungganginya. Pak Lik terlihat asik meremasi pantat istriku, sesaat istriku asik bergerak naik-turun sembari meremasi payudaranya sendiri.
Tidak lama gerakan mereka mulai beralih lagi. Keduanya bergerak makin liar. Masihlah dengan istriku menunggangi badannya, pamanku bangkit serta segera membenamkan berwajah di gunung kembar istriku. Disana dia repot menyusui payudara istriku bertukaran, yang kanan serta yang kiri. Memperoleh serangan yang menggila itu, istriku terlihat makin histeris. Desahan birahinya terdengar makin keras, bikin siapa saja yang mendengarnya jadi begitu terangsang. Sesaat dibawah sana, kontol pamanku terlihat makin mengkilat saja. Berhiaskan lendir birahi istriku, kontol itu keluar-masuk memek istriku dengan cepatnya, bikin nada ambennya makin keras terdengar.
Keduanya juga telah bugil saat ini, Tidak ada lagi kaus putih yang membungkus badan pamanku menghidangkan panorama yang mempesona dari badan kekar berotot lelaki berumur 1/2 era, yang mengkilat oleh keringatnya. Demikian halnya kaus tank-top hijau serta celana dalam Dik Rena istriku yang tadi masihlah tersampir di satu diantara kakinya, telah hilang tak tahu ke mana. Bikin lekak-lekuk di badan sintalnya tampak makin terang. Saat ini keduanya terlihat begitu seksi serta begitu cocok! Suatu hal yang saya tidak suka sekali mengakuinya!!!
Pompaan kontol pamanku di memek istriku, nada beradunya paha dengan paha, desahan berat Pak Lik serta rintihan nikmat tidak berkeputusan istriku bikin simfoni erotis yang terdengar begitu indah pada malam yang dingin serta sunyi ini. Bila tadi pompaan kontol Pak Lik terlihat cepat, saat ini kulihat gerakan mengayunnya makin diperlambat. Rupanya pamanku tengah mempraktekkan tehnik bercintanya yang baru. Sekitaran tiga atau empat kali pompaan umum, dia bikin satu hentakan keras serta bertenaga. Nampaknya dia berupaya bikin kontolnya lebih dalam lagi menembus memek istriku. Demikian dia kerjakan berulang-kali. Sudah pasti istriku makin histeris dibuatnya.
Istriku seolah tidak ingin kalah dengan Pak Lik. Sembari memeluk leher pamanku yang kokoh, dia putar-putar pinggulnya dengan cara liar, memainkan kontol lelaki tua yang mulai sejak tadi aktif memompa memeknya. Desahan berat pamanku terdengar makin keras serta tidak berkeputusan rasakan nakalnya pantat serta pinggul istriku waktu memainkan ”tongkat saktinya“. Jeleknya Dik Rena, tehnik seperti itu tidak pernah dia lakukan kepadaku waktu kami bercinta. Betul-betul setan wanita itu!!!
Kusaksikan sekarang ini, mereka sangatlah lupa diri. Kesenangan nafsu birahi sudah menghempaskan mereka ke beberapa karakter hewaniah yang tidak mengetahui lagi rasa malu, sungkan, iba, hormat serta harga diri. Mereka telah hangus terbakar oleh nafsu birahi yang menggebu-gebu. Jadi budak nafsu setan yang bergentayangan didalam diri mereka sendiri. Saya terbatuk-batuk serta mual. Pusing kepalaku segera menghebat. Sesaat racauan penuh nikmat yang dari mulut keduanya terdengar tidak berkeputusan serta makin keras.
Dengan nada yang berniat kukeraskan saya keluarkan dahakku ke ember yang sudah disiapkan, disusul dengan muntah-muntah benaran. Saya mengharapkan dengan tindakanku itu semuanya tentu berhenti. Mereka bakal bergegas membantu diriku. Namun yang berlangsung malah demikian sebaliknya. Nada amben itu malah terdengar makin berisik. Hingga saat ini ada dua sumber berisik didalam tempat tinggal ini. Nada manusia yang tengah tergeletak kepayahan di kamar ini serta nada erotis manusia, berkejar-kejaran dalam nafsu setan di kamar itu.
Saya tahu mereka dalam kondisi tanggung. Puncak nikmat telah dekat serta nafsu birahi untuk memuntahkan semuanya telah di ubun-ubun. Mereka tentu memikirkan, biarlah saja saya menanti disini. Membiarkan saya sendiri dengan gelisah, pusing, campur sakit hati akibat dikhianati. Edannya, tidak lama saya malah dipengaruhi oleh mereka.
Kontolku yang ukuran panjang serta diameternya cuma 1/2 dari kontol Pak Lik sudah terbangun dari tidurnya. Meskipun pusing di kepalaku tetap masih menghebat, kontolku berdiri dengan tegangnya, terangsang oleh desahan erotis yang begitu memukau dari kamar samping. Saya berupaya mati-matian untuk meredam kontolku yang selalu menegang dikarenakan nada erotis itu, sebelumnya pada akhirnya saya kembali tergoda untuk mengintip kembali. Saya menginginkan tahu sejauh mana pamanku itu dapat memuaskan Dik Rena istriku itu.
Waktu kembali saya mengintip, keduanya tengah berancang-ancang untuk beralih posisi lagi. Rupanya gairah seksual yang menggelora bikin stamina mereka seolah tidak ada batasnya. Masihlah dengan pamanku berbaring diatas amben, istriku selekasnya memutar badannya. Kepalanya menghadap ke selangkangan Pak Lik, sedang selangkangannya dia tujukan ke kepala pamanku. Oooo… rupanya mereka menginginkan sama-sama menjilati kemaluan lawan mainnya, posisi 69.
Kembali desahan berat serta rintihan nikmat terdengar sama-sama bersahutan. Muka Dik Rena terlihat muncul terbenam diantara selangkangan pamanku, demikian halnya demikian sebaliknya. Dalam posisi ini mereka tampak sama-sama berlomba memberi kenikmatan dalam nikmati kemaluan pasangannya. Hisapan, jilatan serta kocokan tangan istriku di kontol pamanku beradu cepat dengan jilatan, hisapan, serta tusukan jari-jari kekar Pak Lik di memek Dik Rena.
Posisi cabul yang baru itu sontak bikin hatiku lebih panas saja. Dik Rena senantiasa menampik perintahku untuk mengulum kontolku dengan beragam argumen. Demikian sebaliknya pada pamanku, dia mengerjakannya dengan suka hati. Lihatlah itu… begitu intensnya dia menjalari batangan kaku serta kekar punya pamanku dengan lidahnya… Begitu semangatnya dia menyedot-nyedot ’helm tentara‘nya… Begitu tekunnya dia mengisap-hisap ’kantung menyan’ Pak Lik… Begitu berwajah begitu nikmati aktivitas cabulnya itu.
Demikian sebaliknya Pak Lik seolah tidak ingin kalah. Dia tidak cuma menjilat, mengisap serta menusukkan jari-jarinya ke lubang memek istriku saja. Pak Lik juga ikut menjilati lubang anus istriku sembari sesekali jari-jarinya yang kasar menusuk lubangnya. Bikin erangan nikmat keduanya, terdengar makin keras bersahut-sahutan. Sekali lagi saya cuma dapat merutuk lihat fakta itu. Sungguh bangsat pasangan laknat itu!!!
Adegan seru itu tak berjalan lama. Demikian dirasanya senang, mereka bertukar posisi lagi. Masihlah diatas amben, keduanya selekasnya memposisikan diri. Tidak lama mereka telah kembali bergoyang-goyang. Mereka bercinta dalam style anjing di kamar itu. Cuma saja bukanlah lubang memek istriku lagi sebagai tujuan keganasan kontol Pak Lik, tetapi lubang anus Dik Rena.
Kulihat istriku terlihat termehek-mehek rasakan begitu enaknya lubang anusnya dijejali kontol sebesar itu. Memanglah ada sedikit bayangan rasa pedih di muka cantiknya, namun wanita binal itu malah menyemangati Pak Lik supaya lebih liar lagi dalam memompa anusnya.
”Aaahhhsss… aahhhsss…. aaahhhsss… Teeerrruussshhh… Paakkk… Eennnaaakkkhhhh…“
’’Hhhoohhhh… hhhooohhhh… Diiikkksss…. Diikkksss… apaanyaahhh… yaanngghh… hhhooohhh… ooohhh… Ennaaakkkhhh…? “ pancing pamanku.
“Ittuuhhh… ooohhh…. aaahhhsss… kooonnntttooolll… Paakkkhhh… Liiikkkhhhsss… Eennnaaakkhhh…“ sahut Dik Rena.
“Mmaassaaahhh sssiiihhh caannnttiikkkhhh… Ennnaaakkkhhh… aahhh… betuuulllsss… ennnaaakkkhhh… kontoolllsshhhkkuuu… iiinnniiihhhh? “ tutur Pak Lik dengan selalu menyodok anus istriku tanpa ada ampun.
“Aaahhhsss… ooohhh… aaahhhsss… bbbeeennnaaarrrkkkhhh… aaakkkhhh… aaahhh…
Eennnaaakkkhhh…. sssuumpppaaahhh…“ balas istriku dengan matanya yang merem melek keenakan.
Kuakui lubang anusnya masihlah perawan, lantaran Dik Rena senantiasa menampik bila anusnya dientot olehku. Bangsat!!! Cuma tersebut ungkapan yang layak mewakili kekesalan hatiku sekarang ini pada Dik Rena.
Gerak serta ayun pasangan laknat itupun hingga di puncaknya dalam posisi ini. Ketampanan muka Pak Lik serta kecantikan muka istriku jadi terang tampak. Desahan berat pamanku bersahut-sahutan dengan erangan histeris istriku, rasakan enaknya anal sex itu. Rambut Dik Rena yang indah jadikan tali kekang oleh tangan kanan Pak Lik. Sesaat tangan kirinya, memegangi pinggul istriku sembari aktif mengocok lubang memeknya dengan jari-jemarinya. Sedang ke-2 tangan istriku mencengkram pinggir amben itu dengan erat.
”Pppaakkk… Liiikkkhhh… ooohhh… terusshhh… Paakkk… eennnaaakkk… Paaakkkk…”
”Ooohhh… Dddiiikkk… Ooohhh… ooohhhh… aaannnuuusss… mmmuuhhh… eeennnaaakkk… banggeeetttt… ”
”Ooohhh… terussshhh… aaahhh… terussshhh… Paaakkk… Leebiiihhh… Keraassshhh… Aaahhhh… Aaahhh… Laaggiiihhhh…. ”
Ketika ejakulasi mereka akhirnya hadir, suara-suara di rumah ini benar-benar gaduh. Aku yang muntah-muntah tanpa henti dengan suaraku seperti seekor babi yang sedang disembelih bercampur dengan suara histeris Pak Lik bersama istriku, meraih orgasme mereka secara beruntun, diakhiri ejakulasi yang datang hampir bersamaan. Untuk sesaat suara amben masih terdengar berisik untuk kemudian reda dan sunyi, berganti dengan suara-suara kecupan bibir, suara pujian saling memuja, dan suara nafas yang tersengal-sengal. Sementara di sebelah sini aku masih mengeluarkan suara dari batukku disertai dengan rasa mau muntah yang keluar dari tenggorokanku.
Tak lama istriku muncul di pintu. Dipegangnya kepalaku.
’Ah, kok semakin panas mas, obatnya diminum lagi ya?’ katanya.
Kemudian dengan kuat tangannya meringkus kepalaku dan memaksakan obat cair itu masuk ke mulutku. Aku terlampau lemah untuk menolaknya. Saat jari-jarinya memencet hidungku, aku yang mengalami kesulitan nafas, terpaksa menelan habis seluruh obat yang disuapkannya ke dalam rongga mulutku. Kemudian disuruhnya aku minum air hangat. Sebelum air itu habis kuteguk aku sudah kembali jatuh tertidur pulas. Praktis aku tidak punya alibi sedikitpun atas apa yang selanjutnya terjadi di rumah ini hingga 6 jam kemudian saat aku terbangun.
Jam 9 pagi esoknya aku terbangun lemah. Pertama-tama yang kulihat adalah dinding di mana aku mengintai selingkuh istriku dengan Pak Lik. Aku marah pada dinding itu. Kenapa begitu banyak lubangnya sehingga aku bisa mengintip. Aku juga marah pada diriku sendiri, kenapa aku yang sakit ini masih-masihnya tergoda untuk mengintip ke dinding itu. Menyaksikan istriku yang sedang asyik menanggung nikmat, digojlok secara brutal oleh pamanku. Tapi saat aku ingin teriak karena teringat peristiwa semalam, Dik Rena muncul di pintu kamar. Pandangan matanya terasa sangat lembut dan perhatian. Dia mendekat dan duduk di ambenku. Dia ganti kompres di kepalaku dengan elusan tangannya yang lembut sambil berkata,
“Mas Roso (begitu dia memanggilku) semalaman mengigau terus. Panas tubuhnya tinggi. Aku jadi takut dan khawatir. Pak Lik bilang supaya aku ambil air dan kain untuk mengompres kepala Mas Roso”
Mendengar mulutnya menyebut ‘Pak Lik’ yang aku ingat betul sama persis nada dan pengucapannya saat dia asyik bergelut dengan pamanku semalam, seketika itu darahku mendidih. Tanganku seketika mencekal blusnya. Aku ingin sekali menampar wajahnya yang cantik itu. Tetapi senyum teduhnya kembali hadir di bibirnya.
“Hah, apa lagi mas, apa lagi yang dirasakan, sayang?” ucapnya lembut tanpa prasangka apapun atas perlakuan kasarku barusan, menatapku dengan air mukanya yang anehnya tampak tetap suci bersih.
Langsung didih darahku surut. Aku tak mampu melawan kelembutan sikap dan senyumnya yang menawan itu. Kutanyakan padanya di mana Pak Lik sekarang, dengan bola mata berbinar Dik Rena menjawab pamanku sedang berada di sawahnya. Hari ini giliran dia untuk membuka pematang agar air sungai mengalir ke sawahnya. Dia juga bilang agar aku banyak istirahat saja dulu. Dia sudah menelepon orang tua di Yogya dari HPku, mengabarkan bahwa aku sakit dan akan istirahat dulu di Redjo Legi selama 3 hari ke depan. Rupanya demamku sangat parah sehingga aku harus dirawat di Redjo Legi selama 3 hari penuh. Kemudian dia beranjak dan kembali dengan sepiring bubur sum-sum, aku disuapinya.
Aku jadi berpikir apa yang sesungguhnya terjadi tadi malam. Apakah panas tubuhku yang sangat hebat, telah membawaku ke alam mimpi? Sampai-sampai aku mengigau sepanjang malam sebagaimana kata istriku, ataukah perselingkuhan Pak Lik dengan istriku itu memang benar-benar sebuah kenyataan? Kembali kepalaku berputar-putar rasanya. Istriku kembali mencekokiku dengan obat yang dibawanya. Akupun kembali tertidur.
Sebelum aku terlelap benar, istriku dengan penuh kasih memeluk kepalaku. Dia mengelus-elus kepalaku sambil mendekatkannya ke dadanya. Pada saat itu aku merasakan semburat aroma yang lembut menerjang ke hidungku. Aroma yang sangat kukenal, aroma ludah dan sperma lelaki yang telah mengering. Aroma itu menguar dari payudaranya dan bagian lain tubuhnya. Obat tidurku tak memberi kesempatan padaku untuk melek lebih lama. Aku kembali pulas tertidur.
Selanjutnya selama 3 hari ke depan, setiap malam aku selalu benar-benar terlelap, sehingga tak lagi tahu apa yang sedang terjadi di antara mereka, Pak Lik dan istriku, selama sisa hari-hari itu. Saat berpamitanpun, aku tidak melihat tanda-tanda mencurigakan itu dari wajah keduanya saat mereka sedang berpamitan. Keduanya berpisah secara sewajarnya.
Sampai kini, 6 bulan sesudah peristiwa itu, aku tetap tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Apakah peristiwa mesum itu hanyalah khayalanku belaka atau memang benar-benar terjadi? Aku tidak mempunyai alibi apapun untuk mempertanyakan keinginan tahuanku pada istriku. Juga tidak punya keberanian untuk itu karena aku sangat khawatir akan kehilangan dirinya.
0 komentar:
Posting Komentar